TULISAN INI BUKANLAH TULISAN YANG BAIK DI SEPANJANG ZAMAN

| | 0 komentar
SORE INI AKU SENGAJA BROWSHING DI WARNET DEPAN SEKOLAH TINGGI ILMU INDONESIA. SEKEDAR MELUANGKAN WAKTU SEBELUM BERBUKA PUASA.

Anda yang lebih paham dari saya tentang karya sastra yang baik, pasti langsung mengiyakan kalo karya sastra saya yang berjudul di muka tidak memiliki kelebihan apa pun. Di sadari bahwa saya menulis hanya bermodal minim, kemampuan tata bahasa yang memprihatinkan, kemampuan mengkoherensi antar kata yang miskin, dan saya akui saya tidak bisa dalam mengungkapkan sesuatu hal dengan baik.

Dalam hal ini saya cuma mau membahas kenapa banyak diantara kita yang keblinger terhadap perhiasan2 dunia. Saya terjemahkan lebih lanjut perhiasan2 yang ada di dunia ini: semua penggolongan harta benda: Kendaraan, Rumah, Istri, Anak2, Perusahaan beserta asset lainnya. Definisi dari harta adalah sesuatu yang berguna. Jadi yang berguna itu bukan hanya uang saja. Jika pas kebetulan kita tidak punya uang da kita ingin membantu orang lain, kita bisa menggunakan diri kita: apa aja potensi yang ada pada kita untuk memberikan pertolongan.

Di dalam Al-Quran, entah surat dan ayat keberapa, tapi saya ingat baik2 kandungan ayat itu: Kehidupan di dunia hanyalah permainan, senda gurau. Oh...klo begitu sedemikian hina kehidupan di dunia klo hanya di hiasi oleh yang hura-hura. Bumi sebagai lahan untuk para hamba-hamba dalam bercocok tanam dan hasilnya akan di nikmati pada saat panen raya. Saya analogikan: kita ini sbagai petani yang akan membuka lahan. kita akan melewati beberapa fase sebelum akhirnya kita memanen hasilnya. Fase pertama: kita memilih bibit yang baik, mungkin untuk kasus pertanian jangan sampe kita membeli benih super toy, karena kualitasnya yang mengecewakan. Kita amati ciri 2 dari benih-benih yang bagus, entah dari segi bentuknya yang menarik atau dari sisi ekonomis yang berbeda dari benih2 lainnya. Fase kedua: kita gemburkan lahan yang akan mejadi media tumbuhnya benih2 menjadi dewasa. Kita upayakan agar lahan tersbut mempunyai komposisi yang baik, sehingga menjadi patner yang cocok bagi benih-benih yang kita tanam. Fase ketiga: kita semai benih-benih tersebut. Kita perlu kejelian dalam menyemai. karena itu menyangkut hasil tumbuhnya. Fase kempat: Kita perlu memberikan perhatian intensif terhadap lahan kita, benih yang sedang menjalani fase pertumbuhan. Amatilah setiap perubahan yang terjadi. Jika ada hama-hama wereng, kita cepat mencari pestisidanya, atau formula tangguh untuk membasminya.

Ya kurang lebih seperti itulah harapan Tuhan kenapa kita diberikan kepercayaan untuk bercocok tanam di dunia. Maksudnya bukan hanya bercocok tanam dari segi pertanian, tapi dari segala aspek kehidupan. Jika kita pelajar, maka lahan cocok tanam kita di sekolah. Kita optimalkan kemampuan kita dalam mengkaji ilmu2 adaptif maupun kognitif.
Saya hanya membahasnya dalam lingkup pelajar. karena status saya sampai kapan pun adalah pelajar. Belajar memahami diri, belajar untuk tahu diri, dan belajar agar suatu saat nanti tulisan saya yang berjudul "TULISAN INI BUKANLAH TULISAN YANG BAIK DI SEPAJANG ZAMAN" kiranya Gusti Allah SWT bisa mengangkat derajat saya sebagai penulis yang baik dan selalu produktif dalam berkarya.
Amin

LONG LIFE EDUCATION

| | 0 komentar
SAYA TULIS DI SELA-SELA WAKTU LUANG.

Sepertinya saya harus lebih detail lagi dalam memahami ayat2 Tuhan. Definisi dari ayat adalah tanda bukti kekuasaan Allah SWT. Ayat2 kauniyah dan ayat2 kauliyah. Saya diberikan aqli agar dapat memahami hakekat kebenaran dan kebatilan. Beda jarak antara kebenaran dan kebatilan tidk lebih dari satu cm. Coba saya analogikan: Ketika saya berniat untuk memberikan pertolongan kepada temen. Saya umpamakan bahwa awal niat saya ingin membantunya, namun unsur manusiawi seorang lelaki diam2 saya pernah tertarik dengannya. Mungkin jika tidak ada unsur ketertarikan saya padanya, perbuatan baik saya kepadanya bisa dikatakan amal sholeh untuk saya. Tapi karena ada unsur cinta di dalamnya, maka secara eksplisit perbuatan saya itu bisa tergolong perbuatan pamrih kepada sesama makhluk. Astaghfirullah, dunia itu memang tidak mudah untuk di kendalikan.

Usia saya masih relatif muda. Kalo untuk menikah, secara lahiriah dan bathiniyah saya belum dikategorikan sebagai pria yang baik. Saya suka kebohongan, kefiktifan imajinasi yang sering saya lakukan semoga saja tidak membuat saya terhina di mata Allah. Saya masih belajar. Status saya sampai kapan pun tetap pelajar. Saya ingin belajar di manapun saya berada. Saya tidak ingin stag pada tataran SI saja. Kemampuan saya setiap hari selalu ter up-grade. Bersosialisasi dengan siapa saja. Tapi sepertinya saya tidak ingin ngobrol2 berlama-lama dengan seorang yang hipokrit, munafik. Virus-virus dia bisa dengan cepat menjalar keseluruh sel tubuh saya. Dan yang sangat saya harap-harapkan, kapan ini bisa terwujud: Saya ingin kuliah di UGM, Hidup bersama istri dan anak2 saya di Jogja, dan Saya ingin bisa memahami setiap hakekat hikmah yang terjadi pada saya dan sekeliling saya???

Alhamulillah, yang sebelumnya belum pernah terjamah dlm benak saya; saya bisa sekolah di Jakarta, walau saya orang Jabar. Syukur segala puji, bahwa saya ditakdirkan untuk mencintai musik. Karena musiklah saya bisa sekolah di sana. Tahun pertama di sana yang saya alami bagaimana menjadi seorang lelaki di antara mayoritas para wanita. Mencumbui musik dengan beberapa prilaku yang belum pernah saya coba. Saya mulai menyukai seorang wanita, yang saat ini dia pun sudah menikah. Tahun pertama di sana, saya anggap sebagai tahun ramah tamah. Tahun kedua di sana, banyak perbedaan yang fundamental dalam prinsip saya. Kok sepertinya budaya untuk mengungkapkan cinta begitu muda. Istilah anak mudanya: seminggu pdkt, minggu kedua jadian, eh...minggu ketiga making love. Gila itu, namanya. Saya bener2 tidak bisa menerima yang seperti itu. Untuk say di telpon saja saya tidak berani. Moralitas yang rendah cerminan pikiran kerdil. Saya baru bener2 bisa menerima ketika saya mengetahui etika bermusik. Saya jadi bisa menggaransement musik sesuai kondisi hati. Ketika saya lagi kesepian, ketika saya lagi senang, dan ketika saya merasa iri karena temen2 saya sebegitu mudah bercinta dengan beragam wanita, musiklah yang menemani saya dari kesemua itu.
Hingga saat ini saya masih tercatat dalam buku pelajar Sekolah itu.

Saya anggap tempat itu sebagai langkah awal saya untuk menggenggam dunia. Karena dalam Hadist, Kanjeng Nabi bersabda: "TUNTUTLAH ILMU WALAU SAMPAI KE NEGERI CINTA". Saya harus bisa melewati batas teritorial negeri saya untuk bisa menjamah dunia. Saya ingin itu, tetapi saya berharap impian itu terwujud di saat saya bisa menikahi salah satu dari 2 muslimah ideal yang saya kenal saat ini.

hidup untuk mencari
hidup untuk bermakna
dan hidup untuk meninggalkan dunia
tinggalkan jejak2 kebajikan di atas bumi Allah SWT

Amin.

Sang Sufi Sejati

Sang Sufi Sejati
Ma'rifatullah

WARNING UNTUK SEMUA MANUSIA

WARNING UNTUK SEMUA MANUSIA

Sufi Dalam Lingkaran Tauhid

Sufi Dalam Lingkaran Tauhid

Cak Nun

Cak Nun
Guru Besar Universitas Kenduri Cinta

WARNING UNTUK SEMUA CALON ALMARHUM/MA

WARNING UNTUK SEMUA CALON ALMARHUM/MA


SANG PUTRA FAJAR

SANG PUTRA FAJAR

Sufi Meditiation

Sufi Meditiation