MAHAR di BULAN HARAM
Bagus Setyoko Purwo
untuk yang aku cintai dalam pencarianku selama ini
kau bukanlah bidadari surga turun ke dunia. Tuhan
pun memahami hasrat kebajikanku. kita ada untuk
berpasangan.
untuk yang aku sentuh dalam setiap malam penuh
rasa. kau layaknya kain putih yang membalut tubuhku
mengitari tanah haram. tidak ada keraguan dalam takbir
berjama’ah kita menuju kehendak Tuhan.
untuk yang aku jaga dalam setiap sentuhan kebencian berjubah
kedengkian. kau tak bisa terus berlari tanpa aku menyertai keletihanmu
bukan hanya kiasan sebelum kita syah bersama. ada sesuatu dibalik
malam penuh cinta
saat itu ada sebuah kata tersirat dalam gerakan lidahmu yang tertahan
kau inginkan sesuatu bermakna indah. sebuah cincinkah, sebuah rumah kah,
sebuah janji setiakah, atau sebuah pohon ketulusan cinta. alam pun menambah
rasa haru di sela-sela bulan haram.
dengan sengaja aku lafadzkan surat Nun hingga
surat Al-ikhlas dengan nuansa tartil. kau pun mengembangkan senyum.
itu kah yang kau inginkan, sayang
Barakallahu laka wa bara’alayka wa jama’a baynakuma fikhayr.
Sabtu,31
DOA DALAM DADA
Diposting oleh Bagus Setyoko Purwo | | 0 komentar
DOA DALAM DADA
Bagus Setyoko Purwo
sepenggalan ayat ibadah subuh tersangkut dalam renunganku
terbangun dari kelelahan kejaran sang malam.
aku terdiam dalam doa penuh khidmat – adakah malaikat
yang singgah sejenak dalam qalbuku
baru saja hujan menggenangi pelupuk sang fajar
seperti riuhnya suara-suara langkah anak kecil.
ia menangis di dekapan dada ibunya. Meronta dalam
derasnya air mata.
ada tiupan angin segar yang merubah doaku.
aku bukan diriku saja. aku bukan cahaya surga
yang tercipta karena kemuliaan. dan setiap shalawat
terucap untuk tercinta kanjeng nabi saw.
tidak ada satu berita menjelang siang
tentang seorang anak yang menangis dalam
degupan kasih sayang ibunya. dan tentang
kepastian apakah aku bisa merubah ini semua
sebelum malaikat turun membawa hikmah
sebelum ada lagi tangisan anak-anak kecil berikutnya
dan sebelum saatnya esok sepenuh pengharapan subuh
berlalu dengan dzikirullah – subhanallah wal hamdullilah
wa laillaha I llahullah allahu akbar.
Bagus Setyoko Purwo
sepenggalan ayat ibadah subuh tersangkut dalam renunganku
terbangun dari kelelahan kejaran sang malam.
aku terdiam dalam doa penuh khidmat – adakah malaikat
yang singgah sejenak dalam qalbuku
baru saja hujan menggenangi pelupuk sang fajar
seperti riuhnya suara-suara langkah anak kecil.
ia menangis di dekapan dada ibunya. Meronta dalam
derasnya air mata.
ada tiupan angin segar yang merubah doaku.
aku bukan diriku saja. aku bukan cahaya surga
yang tercipta karena kemuliaan. dan setiap shalawat
terucap untuk tercinta kanjeng nabi saw.
tidak ada satu berita menjelang siang
tentang seorang anak yang menangis dalam
degupan kasih sayang ibunya. dan tentang
kepastian apakah aku bisa merubah ini semua
sebelum malaikat turun membawa hikmah
sebelum ada lagi tangisan anak-anak kecil berikutnya
dan sebelum saatnya esok sepenuh pengharapan subuh
berlalu dengan dzikirullah – subhanallah wal hamdullilah
wa laillaha I llahullah allahu akbar.
Langganan:
Postingan (Atom)

Sang Sufi Sejati

Ma'rifatullah
WARNING UNTUK SEMUA MANUSIA

Sufi Dalam Lingkaran Tauhid

Cak Nun
Guru Besar Universitas Kenduri Cinta
WARNING UNTUK SEMUA CALON ALMARHUM/MA



SANG PUTRA FAJAR
Sufi Meditiation
